scarletise: (roses)
[personal profile] scarletise
based of: WBent X Seoul 2.0
characters: Yi Hyerim


Cast a Beautiful Spell


"Wajahmu terlalu mirip ayahmu. Buruk sekali."

Omongan itu dia dengar berkali-kali sejak musim dinginnya yang kesembilan. Hyerim kira, adalah wajar bila seorang anak memiliki kemiripan dengan orangtuanya. Perempuan mirip dengan Ibu dan laki-laki mirip dengan Ayah. Tapi sepertinya, wajahnya tidak menampakkan yang seperti itu--karena Ibunya senantiasa mengatakan hal itu seakan-akan kemiripannya dengan wajah Ayahnya adalah sesuatu yang salah. Atau mungkin, memang salah.

Mungkin salah, karena Ayahnya tidak pernah muncul di ambang pintu sejak musim dingin itu. Kata-kata Ibunya selalu didengarnya, tajam dengan separuh berbisik, bahkan ketika memilihkannya baju atau ketika menyisiri rambutnya. Bibi tetangga sebelah bilang, Ibunya berkata begitu karena rindu--mungkin Hyerim memang tidak seharusnya berwajah seperti ini, karena membuat Ibunya selalu teringat. Tetapi, ketika Ayahnya benar-benar muncul di ambang pintu, tak muncul kata-kata rindu itu karena yang ia dengar berikutnya adalah pecahan gelas dan piring yang beradu.

Setiap hari, selama bertahun-tahun, gadis itu bercermin dan mengamati bentuk wajahnya; apakah benar seburuk itu bila mirip dengan Ayah? Apa karena dia laki-laki dan Hyerim perempuan sehingga tidak cocok kalau dipakaikan gaun berenda--apakah karena matanya terlalu sempit (seperti Ayahnya, katanya), atau hidungnya yang terlalu mencuat (seperti Ayahnya, katanya), atau rambut lurus yang tipis (masih seperti Ayahnya), Hyerim tidak tahu.

Maka, ketika Ayahnya masuk ke kamarnya dan bertanya, Kau mau ikut aku?, Yi Hyerim mengangguk sekuat tenaga.

(Kamu tidak tahu bahwa setiap Ibumu melihatmu, yang tersisa tinggal ruapan benci. Itu cinta, yang sudah terlalu lama diperam dan membusuk, yang tidak bisa kembali lagi karena begitu sering ditenggelamkan Soju. Dan tidak, kamu belum mengerti itu; kamu belum cukup dewasa untuk mencerna apa yang berputar di sekitarmu.)

-


Wanita yang ada di rumah Ayahnya berbeda jauh dengan Ibu, Hyerim memberi kesan pertama. Lenyap adalah Ibunya yang berpakaian lusuh dan wajahnya tersembunyi di balik rambut panjang yang tidak diikat--wanita yang ada di rumah ini tampak begitu tinggi. Jemarinya ramping dan ujung kukunya berwarna, rambutnya yang hitam mengilap terselip rapi di belakang telinga. Bibirnya yang melengkung senantiasa merona--entah merah, entah jingga. Ia mengedikkan kepalanya dengan pesona, tersenyum dan menunduk dengan mata simpatik, suara lembutnya bertanya siapa nama lengkapmu dan Hyerim mengatakan namanya dengan terbata-bata.

Gerak-geriknya gemulai dan aromanya bunga. Matanya sipit, tubuhnya langsing dan kurus, dan yang paling penting adalah bagaimana seakan-akan di belakang tubuhnya ada cahaya. Ibunya tak pernah mengatakan cantik itu seperti apa--kata-kata "mirip Ayahmu" bagi Hyerim sedikit banyak seperti kutukan. Wanita ini, tidak pantas bila disejajarkan dengan Ibunya--bila saja Hyerim saat itu ingat untuk menyebutkan sempurna, maka itulah yang akan dikatakannya.

Setiap hari, setiap hari--Hyerim mengintip dan melihat bagaimana wanita itu berkaca. Bagaimana ia memakai segala pewarna yang ada di atas meja dan menciptakan keajaiban. Bagaimana mata dan jemarinya seperti bercahaya sehingga Hyerim terpesona.

(Juga mempesona Ayahmu dan kau pasti tahu itu, bukan? Kamu terpikat, tersihir oleh aroma bunga yang mengelilinginya. Ayahmu menatapnya dengan hormat dan penuh cinta. Ibumu bilang wanita itu penyihir; namun kamu tidak percaya--karena tak ada penyihir yang seharum bunga dan bibir yang melengkung manis serta merona. Jikalau ada yang bisa disebut penyihir, maka itu adalah Ibumu sendiri, yang aromanya debu bercampur soju dan ada di sudut ruangan tanpa cahaya.)

-


Ketika Hyerim kembali ke rumah lagi, Ibunya tertawa.

Kamu dibuang? Datang pertanyaan bersama seringai, dan Herim mengutuk dalam hati. Ia tak ingin bilang bahwa ia dibuang: mungkin sihirnya sudah sirna. Pada akhirnya, wanita itu punya bayi--dan Hyerim mengerti bahwa mungkin sihirnya tidak bisa dibagi dua. Ayahnya bilang ia harus kembali, dan ia menurut: setidaknya, masih ada surat (yang hilang setelah dua tahun, berganti menjadi deretan angka tak bersuara)--dan Hyerim ingin meyakini bahwa ia pulang membawa sihirnya.

(Ia membeli sebuah lipstik di perjalanan pulang: warnanya merah muda, seperti mawar yang baru saja mekar.)

Malam itu, ketika pakaiannya telah selesai dibereskan dan kembali ke lemari, Hyerim kembali bercermin; cermin yang ada di kamarnya sejak bertahun-tahun yang lalu. Lampu di kamarnya temaram dan hanya ada satu jendela--namun ia memastikan wajahnya dapat terlihat jelas ketika perlahan memoleskan lipstik di kantong jaketnya ke bibirnya. Rasanya lengket--ini pertama kali ia memakainya, usianya lima belas dan kalau Ibunya melihat dia pasti berkata usianya masih terlalu muda.

Matanya berkejap mengamati.

("Wajahmu terlalu mirip Ayahmu," suara penyihir itu menyeruak mengisi gendang telingamu, namun anehnya, kata 'buruk'nya tanggal dengan sendirinya; mengatakannya lewat cermin yang membisu. Kau menggigit bibir dan warna merah muda itu menempel di gigimu; masih jauh untuk seperti wanita yang kau kagumi, namun kamu bisa merasakannya mengalir dalam tubuhmu.

Kau cantik, dan inilah sihirmu.)

-
end.
-
This account has disabled anonymous posting.
If you don't have an account you can create one now.
HTML doesn't work in the subject.
More info about formatting

Expand Cut Tags

No cut tags